
Keluarga adalah harta yang paling berharga. Dalam kehidupan Kristen, pemulihan keluarga menjadi kunci dan pondasi kebangunan gereja Tuhan yang kuat. Firman Tuhan telah mengatakan pada Maleakhi 4:6, “Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” Firman ini menjadi sesuai dengan tantangan dan kondisi kehidupan masa sekarang yang memaksa orang tua sibuk dalam tugas pekerjaan dan secara langsung maupun tidak langsung melupakan peranan utama sebagai penentu arah pendidikan anak-anak yang sesunguhnya. Kondisi lingkungan, kesibukan pekerjaan, kegiatan sehari-hari sering menyebabkan komunikasi yang terbangun antar anggota keluarga menjadi tidak ideal dan hangat. Padahal komunikasi ini menjadi kunci yang penting dalam kehidupan keluarga.
Setiap keluarga mempunyai tantangan komunikasi yang sama terkait waktu dan kegiatan. Menghadapai situasi tersebut, sebagian keluarga dapat menjaga komunikasi, mengatur waktu dan aktivitas dengan optimal, namun sebagian keluarga lain kesulitan melakukannya. Terjebak dalam rutinitas yang menyita waktu pagi sampai malam membuat kita tidak bisa membayangkan cara dan pendekatan terbaik untuk berkomunikasi dan membangun kehangatan dalam keluarga. Jalan yang harus dilakukan adalah dengan bertanya kepada Tuhan melalui doa, kita memohon hikmat Roh Kudus untuk menemukan strategi dalam berinteraksi dan berkomunikasi optimal dengan semua anggota keluarga kita di dalam semua tantangan kesibukan kita. Pendekatan tersebut bisa dibangun dengan memaksimalkan komunikasi melalui media komunikasi online, mengatur waktu khusus untuk keluarga dan utamanya membangun mezbah doa bersama.
Firman Tuhan mengingatkan kita untuk melakukan tugas utama sebagai orang tua yaitu untuk mendidik dan menanamkan Firman Tuhan pada anak-anak kita. Ulangan 6:6-9 “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Tugas ini melekat pada orang tua, baik kita sebagai orang tua rohani maupun orang tua kandung. Sejak anak dibesarkan, peran orang tua tidak dapat diabaikan, baik pemberian nutrisi, pemeliharaan, pendidikan, dan keteladanan bagi perkembangan anak, baik untuk perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional maupun spiritual. Sekali lagi, secara optimal kita dapat melakukan hal tersebut. Namun, seiring bertambahnya usia anak dan terbatasnya kemampuan orang tua dalam berbagai aspek pengetahuan serta kesibukan tuntutan kehidupan, sebagian orangtua terabaikan atau mengabaikan perannya sebagai pendidik utama. Mereka hampir sepenuhnya melimpahkan menyerahkan tugas mendidik karakter pengenalan firman Tuhan hanya kepada sekolah, sekolah minggu, guru PA, dan pendeta bahkan mirisnya melepaskan itu kepada asisten rumah tangga. Hal ini menjadi bahan perenungan yang sangat penting buat kita karena waktu anak-anak 60-70% ada dalam rumah dan keluarga.
Tugas utama pendidikan anak dalam keluarga ialah tanggung jawab orang tua meskipun dalam hal operasionalnya lembaga keluarga bisa berkolaborasi dengan sekolah dan gereja dalam melaksanakannya. Yang pasti keluarga menjadi tempat pertama dan utama bagi pendidikan anak. Kembali melalui firman Tuhan di Ulangan 6:6-9 mengingatkan kita: Orang tua seharusnya memegang peranan utama. kita diingatkan kembali, bahwa setiap keluarga khususnya orang tua mendapat tugas yang besar dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak mereka. Mengajar dan mendidik anak dalam keluarga dapat dilaksanakan kapan pun dan di mana pun, lebih lanjut metode dan strateginya, Tuhan akan memberikan hikmat kepada kita untuk memahami bagaimana mendidik anak-anak kita dalam aturan yang tegas, namun lembut sehingga anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang kuat secara karakter dan punya hati yang lemah lembut, penuh kasih Tuhan. Roh Kudus pasti memberikan hikmat dan kemampuan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tiap-tiap keluarga, yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan meminta hikmat, Tuhan pasti menjawab doa kita. Tuhan sangat mengasihi dan perduli pada semua anak-anak-Nya. Tugas pendidikan dalam keluarga bagi orang tua adalah mandat Ilahi dari Tuhan yang diberikan kepada orang tua untuk membangun satu generasi Ilahi yang Tuhan rindukan. Oleh karena itu, Tuhan pasti akan mampukan para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Jadi Bapak Ibu, berdoalah untuk anak-anak Anda dan bangunlah mezbah doa dalam keluarga sehingga Tuhan bekerja dalam keluarga kita dengan luar biasa.
Orang tua seharusnya mendidik dan bukan sekedar mengajar, ada perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar, beberapa orang mungkin terjebak antara definisi mendidik dengan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah mendidik. Mendidik adalah proses kegiatan mengajar yang berkerangka jangka menengah atau jangka panjang, hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran orang yang kita didik dan ajar. Tujuan yang utama dari proses mendidik lebih dalam mengajar kepada pembentukan sikap mental/kepribadian bagi anak didik. Tentu dalam konteks bahasan kita sekarang adalah mendidik dan menanamkan tentang kebenaran firman Tuhan pada anak-anak kita.
Orang Tua menjadi teladan dalam keseluruhan role model yang baik dalam kehidupan rohani bagi anak-anak mereka. Sebagai orang tua kita tidak cukup hanya menguasai menghapal firman Tuhan saja, tetapi perlu benar-benar menghidupi firman Tuhan tersebut dan memakainya sebagai dasar-dasar fondasi kehidupan sehari-hari. Orang tua menjadi saksi dan kesaksian dalam mengimplementasikan firman Tuhan secara utuh yang mempermuliakan nama Tuhan. Pemulihan dan fokus perhatian orang tua menjadi kunci awal pemulihan keluarga seutuhnya. Oleh karena itu, setiap orang tua seharusnya bertumbuh dalam pemahaman, melakukan dan mengimplementasikan firman Tuhan barulah secara utuh dapat menerapkannya secara optimal dalam proses pendidikan anak. Jika orang tua melakukan hal tersebut, maka “Respek atau penghormatan” yang sesungguhnya dari anak-anak kita akan lahir, karena mereka melihat keteladanan dari kita sebagai orang tua. Sederhananya, firman Tuhan yang kita ajarkan dan sharingkan, kita lakukan dengan setia.
Esensi peran orang tua lebih dari sekedar mengajar, namun sampai dengan mendidik. Konteks membicarakan firman Tuhan dilakukan berulang-ulang sehingga baru akan terjadi internalisasi dan pengendapan firman Tuhan tersebut pada anak-anak kita. Mereka akan menyimpannya sebagai ajaran, nasehat dan juga tuntunan dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan cobaan. Mazmur 119:105, ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Oleh karena itu, marilah kita berusaha sepenuh hati mencari kehendak Allah, memohon pertolongan Roh Kudus untuk dapat menjadi role model yang baik bagi anak-anak kita dan sesuai firman Allah, mendidik mereka dalam takut akan Allah. Apa pun yang kita ajarkan kepada anak-anak dan remaja harus didasarkan pada kebenaran mutlak dalam firman Allah. Saya percaya keluarga kita menjadi kuat, anak-anak kita bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, diberkati dan menjadi berkat untuk banyak orang serta terutama mempermuliakan nama Tuhan saja. Tuhan memberkati.