KASIH KARUNIA YANG MENYELAMATKAN (LUKAS 19:1-10)

Artikel utama
Oleh: Bhernadethe Siregar

Istilah kasih karunia dalam Alkitab mengandung arti “pertolongan ilahi yang diberikan, tanpa memandang kelayakan penerimanya, kepada manusia bagi pembaruan dan pengudusan mereka” atau “kebajikan Allah bagi mereka yang tak layak.”

Alkitab mengajar bahwa kasih karunia, atau perkenanan dari Allah yang diberikan secara gratis, diperlukan “sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat” (Roma 3:20). Satu-satunya cara menerima kasih karunia Allah yang menyelamatkan adalah melalui iman di dalam Kristus. (Roma 3:21-22).

Pada kisah Alkitab yang kita baca di Lukas 19:1-10, Tuhan Yesus memberikan Zakheus sesuatu yang tidak layak dia dapatkan, yaitu kehormatan untuk menerima Tuhan Yesus masuk ke dalam rumahnya. Zakheus menerima kasih karunia Allah.

Zakheus adalah seorang pemungut cukai. Pemungut cukai dianggap orang-orang sebagai seseorang yang rendah—mereka mengambil uang rakyat dan memberikannya kepada pemerintahan Roma yang merupakan penjajah bangsa mereka. Namun, kita menemukan Tuhan Yesus memilih untuk masuk ke rumah orang yang terburuk dari yang terburuk, yaitu Zakheus si pemungut cukai.
Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa. Rancangan-Nya adalah untuk menyelamatkan, ketika keselamatan tidak ada di dalam siapa pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya tersebut, Ia tidak hanya mencari orang yang tidak layak untuk dicari, tetapi bahkan sampai menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia selagi masih berdosa. Itulah luar biasanya kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Alkitab penuh dengan kisah mereka yang ditolak, diabaikan, tidak dianggap layak oleh dunia tapi justru dipilih Allah. Beberapa dari mereka adalah: Maria Magdalena (Lukas 8:1-2), Rahab sang perempuan sundal (Matius 1:5), Wanita Samaria (Yohanes 4:39), Petrus (seorang nelayan yang temperamen), Daud (diabaikan dan diremehkan bahkan oleh keluarga).

Mengapa?
1. Mereka mengerti arti kasih karunia Allah.
Orang Farisi marah, mereka merasa bahwa Zakheus adalah orang yang paling tidak pantas untuk menerima Tuhan Yesus karena dia adalah seorang pemungut cukai. Mereka lupa, bahwa sejatinya mereka juga adalah orang yang sama berdosanya dengan Zakheus dan memerlukan kasih karunia Allah untuk selamat.

Sebaliknya orang seperti Zakheus adalah orang yang paham, bahwa ia ada, ia diselamatkan, diampuni, dibebaskan, dipulihkan, diterima, diberkati, dan dipercaya Tuhan itu bukan karena ia layak, justru sangat tidak pantas, tetapi semata-mata karena kasih Tuhan dan kemurahan-Nya.
Orang seperti ini akan mampu untuk lebih mudah mengasihi dan mengampuni orang lain tanpa batas. Hidupnya adalah sebuah kehidupan yang penuh dengan ekspresi tahu diri. Ia mahir berempati, penuh belas kasihan dan penuh penerimaan kepada sesamanya. Penolakan dan pengucilan kepada orang berdosa tidak akan membawa mereka kepada keselamatan, sebaliknya kasih dan penerimaan akan membuka jalan untuk mereka datang kepada Kristus.

2. Bergantung Kepada Allah.
Kesadaran bahwa mereka bukan siapa-siapa tanpa Tuhan, akan membuat mereka bergantung penuh kepada Allah (Yeremia 17:5-8).
Banyak orang tidak bisa dipakai Tuhan karena disibukkan dengan masalah-masalah yang tidak perlu, menangisi hal yang tidak dari Tuhan, karena hidupnya berpusat pada hikmat atau kekuatannya sendiri. Akhirnya ia mengalami kekeringan rohani, kesepian, kekecewaan, dan penderitaan baik secara fisik maupun secara emosi.

Sebaliknya, mereka yang mengandalkan Tuhan akan penuh syukur. Tahu berterima kasih, menghargai dan tidak menganggap sepele karya Tuhan dalam hidupnya. Orang seperti ini akan mudah untuk dibentuk menjadi bejana yang indah. Proses pembersihannya akan lebih mudah sehingga hidupnya lebih cepat berbuah.

3. Lebih mengasihi dan melayani Tuhan dibandingkan mereka yang merasa sedikit berhutang (Lukas 7:41-43).
Perempuan berdosa itu membasuh kaki Yesus sebagai tanda bahwa ia rela menundukkan diri untuk melakukan tugas paling hina apa saja untuk menghormati-Nya. Ia bahkan membasuh kaki-Nya dengan air matanya. Ia menyekanya dengan rambutnya, seperti orang yang sepenuhnya mengabdi demi kehormatan-Nya. Perhatikanlah, semua orang yang benar-benar menyesali dosanya akan sangat mengasihi Tuhan Yesus.

Mereka yang tahu diri akan ketidaklayakkannya akan lebih mengasihi Allah, sehingga membuatnya melayani Tuhan dengan totalitas, setia, dan penuh hormat.

Check Also

Artikel Utama

BERSAKSI ITU MENYENANGKAN

Oleh: Pdt. Dr. A.L. Jantje Haans 2 Timotius 4:2, 8Menginjil itu tidak mudah. Namun, menginjil/bersaksi …