
Setiap orang tua pasti merindukan hadirnya buah hati yang sehat dan kuat. Namun, tidak jarang setelah bayi lahir, orang tua dikejutkan dengan kondisi kulit bayi yang tampak kekuningan. Kondisi ini dalam dunia medis disebut “bayi kuning” atau ikterus neonatal. Bayi kuning seringkali membuat orang tua khawatir, bahkan ada yang menghubungkannya dengan hal-hal mistis atau kepercayaan tertentu. Padahal, sebagian besar kasus bayi kuning merupakan hal yang normal dan dapat sembuh dengan sendirinya. Meski demikian, ada juga kondisi bayi kuning yang perlu diwaspadai karena bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.
Sebagai umat percaya, kita diajar untuk memandang tubuh sebagai bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Oleh karena itu, merawat kesehatan, termasuk memahami kondisi seperti bayi kuning, adalah bentuk tanggung jawab kita kepada Tuhan. Dengan pengetahuan yang benar, orang tua dapat lebih tenang, bijaksana, dan cepat mengambil langkah yang tepat bagi kesehatan anak yang Tuhan titipkan.
Bayi kuning merupakan kondisi yang bisa dialami bayi baru lahir. Meski biasanya tidak berbahaya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila bayi menunjukkan tanda-tanda penyakit kuning sehingga kondisi ini dapat segera ditangani. Bayi kuning ditandai dengan warna kuning pada kulit, lidah, dan bagian putih mata bayi. Bayi yang mengalami penyakit kuning biasanya juga memiliki urine yang berwarna kuning pekat, tinja berwarna pucat, serta telapak tangan dan kaki yang menguning. Gejala bayi kuning umumnya muncul 2–3 hari setelah kelahiran dan bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Namun, bila muncul dalam waktu kurang dari 24 jam setelah dilahirkan dan tidak kunjung membaik setelah 2 minggu, kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyakit tertentu.
Penyebab Bayi Kuning
Bayi kuning terjadi akibat penumpukan bilirubin pada darah bayi. Bilirubin sendiri merupakan zat kuning yang dihasilkan dari proses penghancuran sel darah merah secara alami di organ hati. Bayi kuning sering dialami oleh bayi baru lahir karena fungsi organ hatinya belum optimal. Sebenarnya, bayi telah memiliki bilirubin sejak ia berada dalam kandungan yang dihasilkan oleh plasenta. Setelah lahir, bilirubin dari aliran darah bayi akan melalui proses penyaringan oleh hati dan dilepaskan ke saluran usus.
Namun, karena organ hati bayi belum berkembang dengan sempurna, sedangkan bilirubin yang dihasilkan lebih banyak, proses pembuangan bilirubin pun menjadi terhambat. Bayi kuning yang disebabkan oleh adanya peningkatan bilirubin ini sangat umum terjadi dan disebut juga dengan penyakit kuning fisiologis. Jika bayi kuning terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam setelah dilahirkan atau menetap setelah 2 minggu, diikuti dengan peningkatan kadar bilirubin yang cepat, yaitu lebih dari 5 mg/dL, kondisi ini disebut dengan penyakit kuning patologis.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa penyakit tertentu, yaitu:
· Ketidakcocokan golongan darah dan resus ibu dengan bayi
· Infeksi virus atau bakteri
· Sepsis
· Perdarahan internal
· Kerusakan organ hati
· Kekurangan enzim tertentu
· Masalah pada sistem pencernaan bayi
Bayi lahir prematur dan bayi yang sulit mengonsumsi ASI juga berisiko tinggi mengalami bayi kuning.
Cara Mengatasi Bayi Kuning
Jika disebabkan oleh penyakit kuning fisiologis, bayi kuning tidak memerlukan perawatan khusus dan umumnya akan hilang dalam waktu 10–14 hari. Namun, jika disebabkan oleh penyakit tertentu dan peningkatan bilirubinnya terjadi dalam waktu cepat dan sangat tinggi maka harus dilakukan penanganan oleh dokter. Selain itu, ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bahaya dari bayi kuning, yaitu lemas yang tidak biasa, malas menyusu, kantuk yang dalam, hingga kejang. Jika bayi kuning mengalami kondisi ini segera bawa ke IGD untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk bayi kuning yang fisiologis, Anda bisa mencegah kenaikan bilirubin dengan memberinya ASI atau susu formula yang cukup. Bayi yang mengonsumsi ASI harus menyusu 8–12 kali dalam sehari selama beberapa hari pertama kehidupannya. Pada bayi yang mengonsumsi susu formula, Anda harus memberikan 30–60 ml susu setiap 2–3 jam sekali selama minggu pertama setelah dilahirkan untuk mencegah kenaikan kadar bilirubin dalam darah bayi. Asupan ASI atau sufor yang cukup mampu mengatasi kelebihan bilirubin dalam darah bayi karena nantinya kelebihan bilirubin ini akan dikeluarkan melalui tinja.
Jika Si Kecil mengalami bayi kuning, Anda harus memeriksakan kondisinya secara berkala, terutama di bagian putih bola mata dan kulit. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali sehari untuk melihat apakah kondisinya sudah kembali normal atau justru bertambah parah. Apabila kondisi bayi kuning tidak membaik setelah 14 hari, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Perawatan yang cepat dan tepat akan menurunkan risiko bayi yang terkena sakit kuning mengalami kerusakan otak permanen.