Banyak wanita mungkin pernah membayangkan bagaimana sulit dan beratnya menjadi seorang ibu/ istri yang sesungguhnya. Sehingga banyak alasan yang menyebabkan mengapa ada wanita lajang yang memutuskan tidak menikah. Mungkin mereka membayangkan hal-hal yang menyusahkan dan membingungkan akan terjadi dalam rumah tangga mereka kelak. ” Lebih baik saya hidup seperti ini saja…” itu kata-kata yang sering kita dengar. Bisa bebas, tidak ada yang mengatur, tidak harus tunduk kepada suami, tidak harus mengasuh dan merawat anak, antar jemput sekolah, belum memikirkan uang sekolah yang semakin tahun semakin besar. Ya..banyak alasan lain lagi yang menjadi dasar diambilnya keputusan melajang tersebut .
Anda mungkin salah satu dari sekian ibu/ istri yang telah memulai perjalanan yang berpikir bahwa menjadi ibu itu adalah pengalaman yang penuh keharuman bunga mawar, atau malah mimpi – mimpi indah dalam rumah tangga berjalan tidak seperti kenyataannya. Anak-anak usia 2 tahun yang super aktif, anak remaja yang mulai susah diatur, usia pemuda yang merasa sudah dewasa dan maunya jalan sendiri, atau mungkin Anda sedang merasa hidup seperti sebuah wadah yang kosong dan tidak ada harapan lagi…stress mulai menghampiri.
Setiap seorang ibu tentu ingin menunjukkan kasih, tidak marah-marah, tidak cerewet, sabar kepada anak-anak, tapi kenyataannya lebih sering mengecewakan, bukan?.
Bacalah Mazmur 107:4-5, 10-12, 17-18, 23-27. Apakah masalah-masalah ini pernah Anda alami?. Mungkin masalah Anda sangat serius, ringan atau bersifat sementara saja. Tetapi intinya kita semua pernah mengalami waktu-waktu di mana kita butuh pertolongan. Sering kita hanya melihat masalahnya, lupa bahwa di dalam Yesus selalu ada jalan ke luar. Inilah jalan ke luarnya: Mazmur 107 dalam ayat 6-7, 13-14, 19-20, 28-30).
Cynthia Heald seorang penulis buku menggunakan kitab Mazmur untuk menggambarkan bahwa hanya Allah sendiri yang dapat mengisi kekosongan wadah kita.
Jadi langkah pertama untuk kita bisa menjadi ibu yang merdeka ialah berseru-seru kepada Tuhan di dalam doa-doa Anda. Ceritakan apa pun yang ingin Anda utarakan di hadapan Bapa kita, entah itu kekecewaan, keletihan, ketidak mampuan, keputus-asaan, kesedihan, bahkan kegembiraan, sukacita, rasa syukur, pokoknya setiap uneg-uneg yang mengganjal di hati kita , utarakan itu di dalam doa-doamu…mungkin kita tidak bisa cerita terhadap teman atau keluarga kita sendiri, dan itu sangat mengganjal di hati. Yesuslah jawaban dari semuanya. Sebuah lagu lama yang sangat indah: Yesus jawaban dalam hidupku, Yesus jawaban yang ku perlu, Tabib Pembaptis Juruslamatku, oh Haleluya harapanku..
Renungkanlah ilustrasi ini:
Jika kita memasukkan seekor burung elang ke dalam sebuah kandang ukuran 2 x 2,5 M dan bagian atapnya terbuka sekalipun, namun tetap saja elang itu tidak bisa terbang.
Ternyata seekor elang hanya akan memulai terbang dari tanah dengan berlari terlebih dahulu sejauh 3-3,5 M. Tanpa sarana untuk berlari, seekor elang tidak akan mampu terbang dan akan terjebak selamanya dalam kandang kecil yang tanpa penutup.
Jika seekor lebah jatuh ke dalam cangkir kopi yang terbuka, juga akan tetap di sana sampai mati, kecuali jika karena tidak tega Anda keluarkan dia. Lebah tidak pernah melihat jalan keluar pada bagian atasnya, melainkan ia akan terus berusaha mencari jalan keluar lewat pinggir dekat dasarnya, mencari jalan di mana tidak ada jalan, hingga ia menghancurkan diri sendiri.
Nah… Ternyata banyak dari kita juga seperti burung elang dan lebah itu:
– Bergumul dengan masalah.
– Fokus terus dengan masalah.
– Mengeluh terus sampai akhirnya frustasi sendiri.
Sadarilah bahwa jawaban dari masalah kita adalah selalu dari atas, yaitu Tuhan. Oleh sebab itu menengadahlah. Ucapkanlah doa dan lepas landaslah dalam bertindak mencari solusi. Lakukan lagi dan terus berjuang! Selalu akan ada pengharapan yang baru dalam hidup!
Ambillah waktu khusus untuk bersaat teduh dengan Tuhan. Rasakan dan alami serta dengarkan suara-Nya melalui kebenaran Firman Tuhan yang akan terus menuntun Anda melewati hari-hari di depan Anda.
Keep fighting! Keep the dreams! Be a winner!
Oleh: Indri Haans