PERINTAH ALLAH KEPADA PARA IBU

Memperlakukan dengan Serius Kuasa Nama-Nya

Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Dalam Imamat 19:12, kita dilarang untuk bersumpah dusta demi nama Tuhan. Jika Anda punya kebiasaan mengutuk, menggunakan nama Allah atau Yesus, berhentilah sekarang dan minta Bapa untuk membebaskan Anda dari pola berpikir dan berbicara seperti itu. Minta ampun kepada-Nya agar Dia menyucikan pikiran dan mulut Anda agar perkataan Anda “seperti buah apel emas di pinggan perak” (Ams. 25:11)

Dalam Keluaran 20:7, kata “menyebut” nama Tuhan Allahmu dari akar kata “ambil”: dalam bahasa Ibrani bisa mengandung arti “memakai” atau “membawa”. Dalam bahasa Inggris modern “memanfaatkan”. Dalam terjemahan bahasa Indonesia (LAI) dikatakan, “menyebut.”

Sekarang coba perhatikan apa yang diartikan dengan “menyebut” nama dari Tuhan Allah. Pada masa lampau nama dianggap mempunyai kekuatan magis. Nama juga merupakan kedudukan yang mewakili karakter dan kekuatan dari sang individu. Jadi “menyebut” nama Tuhan Allah berarti menyerap kuasa dan karakter-Nya.

Kata “sembarangan” di dalam bahasa Ibrani adalah “tidak berguna” atau sia-sia. Jadi sekarang kita melihat bahwa konsep perintah ini dalam bahasa kita sendiri bisa dibaca, “Janganlah karakter dan kehidupan yang penuh kuasa dari Tuhan tidak berdampak apa-apa atasmu!” Perintah ini menolak suatu kehidupan yang tidak berbuah. Nama Allah adalah satu hal yang penuh kuasa dan menghasilkan buah.

Hari Sabat – Jangan Lupa untuk beristirahat (Kel. 20:8)

Menghormati Sabat berarti beristirahat, beribadah dan bersekutu dalam pertemuan yang kudus dengan umat Allah. Tetapi bila kita mulai mencoba untuk saling mengatur saudara kita dalam apa yang dimaksud dengan “menguduskan hari Sabat” kita akan terjebak dalam persoalan yang sama, seperti halnya orang-orang Yahudi di zaman Yesus yang membelokkan maksud Allah bagi hari Sabat. Yesus memberikan kepada kita prinsip mengenai hari Sabat di dalam Markus 2:27.

Perkataan “Shabbath” dalam bahasa Ibrani berari “jeda.” Orang-orang Yahudi menjalankan hari Sabtu sebagai jeda hari Sabat. Orang-orang Kristen Yahudi pada masa-masa awal menjalankan kedua-duanya, Sabtu dan Minggu, sebab mereka merayakan kebangkitan setiap minggu. Kemudian orang-orang Kristen bukan Yahudi menghilangkan Sabtu dan hanya menjalankan Minggu sebagai hari yang mereka khususkan.

Jika kita mencari pengesahan tentang hari yang mana, kita akan kehilangan intinya. Apa yang jelas dari perintah itu adalah bahwa satu dari setiap tujuh hari dikhususkan untuk memuliakan Allah.

Saya ingin menghimbau Anda meminta kepada Allah untuk menjabarkan ibadah Sabat Anda. Anda akan mendapatkan banyak kesenangan atas hal ini. Dia sungguh adalah Allah yang kreatif dan mengagumkan. Dia akan memberikan Anda satu rencana yang membawa kemuliaan bagi Dia dan membawa berkat bagi Anda!

Nikmatilah satu Sabat yang indah!

Oleh: Indri Haans

Check Also

Artikel Wanita Ok 25

IMAN UNTUK MENANG

Kay tidak berencana menjadi pelatih hebat. Ia juga tidak berencana menjadi orang Kristen yang vokal. …