Langkah keempat untuk percaya kepada Allah adalah memuji Dia. Lihatlah apa yang Yosafat lakukan? Di tengah-tengah satu peperangan dia mengangkat orang-orang untuk bernyanyi bersama-sama! Ini kedengarannya ajaib, tetapi itulah persisnya yang mereka lakukan. Saya pikir tidak semua di antara kita memahami kuasa pujian – penyembahan.
Di ayat 22 (2 Tawarikh 20) dikatakan, “Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan…” Apakah Anda pernah mencobanya? Sulit untuk tetap terus menerus kuatir tentang sesuatu sementara kita sedang menyanyikan pujian dan menyembah Allah. Rasanya itu tidak mungkin. Jadi, mulailah bernyanyi! Mutu suara kita tidak berpengaruh sama sekali!
Dalam ayat 27-30, diceritakan bagaimana Yosafat beserta orang Yehuda dan Yerusalem kembali ke Yerusalem dengan sukacita karena kekalahan musuh mereka. Ayat 29: “Ketakutan yang dari Allah menghinggapi semua kerajaan negeri-negeri lain, ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN yang berperang melawan musuh-musuh Israel.” Perhatikan di ayat 20, bagaimana Yosafat memfokuskan matanya kepada Tuhan. Kemudian dia benar-benar melihat musuh-musuhnya menghancurkan diri sendiri.
Hasil dari Percaya kepada Allah
Ketika kita ketakukan atau cemas dan memilih untuk meletakkan kepercayaan kita kepada Allah, mukjizat terjadi. Kita akan mengalami kedamaian dan ketenangan. Apakah itu yang menjadi kerinduan di hati kita? Mempercayakan masalah-masalah kita kepada Allah bukanlah satu rumus ajaib untuk melaksanakan jalan kita. Tetapi itu adalah satu rumus mukjizat Allah untuk bisa melaksanakan kehendak-Nya!
Mungkin Anda datang untuk pertama kalinya kepada Tuhan di minggu ini, atau Anda sudah dewasa dan matang dalam firman Allah, Allah ingin mengatakan sesuatu kepada kita semua tentang mempercayai Dia tanpa syarat. “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:6)
Kiat untuk Ibu
Di dalam bukunya, The Confident Woman, Anabel Gillham menjelaskan satu pelatihan percaya yang saya pikir bisa kita terapkan di dalam asuhan ibu. Dengan satu spidol permanen, tuliskan di balon jenis helium semua hal yang membuat Anda merasa takut menyangkut kehidupan anak Anda. Contoh Anda bisa tuliskan, “Terjerumus dalam narkoba sebagai seorang remaja.” Ketakutan Anda akan anak bisa berupa “Tidak cukup populer” atau “Salah memilih teman-teman atau pasangan yang benar,” atau “Tidak memilih jalan Tuhan dalam hidup mereka.” Pergilah ke luar ke lapangan terbuka. Peganglah balon Anda, curahkanlah isi hati Anda kepada Allah atas ketakutan-ketakutan ini. Berbicaralah kepada Dia dan nyatakan kepada Dia semua yang ada di pikiran Anda. Berdoalah hingga Anda tidak sanggup berdoa lagi. Lalu, ketika Anda telah siap untuk melepaskan semua beban itu kepada Tuhan, lepaskan balon-balon itu. Pandanglah ke arah terbangnya balon itu naik, hingga akhirnya menghilang.
Oleh: Indri Haans