Pelayanan Seorang Istri (Bagian 4)

Oleh: Indri Haans

Kenyamanan Melalui Pengampunan
Suami kita membutuhkan kenyamanan jenis ketiga dari isteri mereka. Mereka perlu pengampunan. Suami Anda adalah bagian dari kejatuhan kaum manusia. Dia bukan Allah – dia tidak akan berlaku sempurna. Dia tidak bisa memenuhi semua kebutuhan Anda. Dia tidak bisa selamanya bijak. Hanya Allah yang bisa melakukan itu.

Kita perlu memandang suami kita sebagai manusia, yang bisa bersikap mulia dan juga bisa bersikap biasa-biasa saja. Kadang-kadang kita menemukan diri kita terkejut dan kecewa ketika suami yang kita cintai dan hormati melakukan sesuatu yang pengecut atau bahkan keji. Betapa manusiawinya kita.
Untuk alasan tertentu, kita cenderung menempatkan para pria penting dalam hidup kita pada satu posisi yang tidak memungkinkannya berada di sana. Kita cenderung untuk tidak menaruh belas-kasihan ketika mereka tidak memenuhi pengharapan-pengharapan kita. Allah mengajar kita bahwa betapa itu tidak adil.

Jadi bagaimana kita melayani suami kita ketika mereka mengecewakan kita?

Kita harus penuh belas kasihan dan mengampuninya. Kita tidak menyimpan dendam. Kita memberi kelonggaran bagi dia sebagai manusia. Efesus 4:32 seharusnya menjadi moto: “Tetapi hendaklah kami ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”

Ikuti Dia
Allah memiliki satu panggilan bagi kehidupan setiap laki-laki. Dia mempunyai suatu tujuan untuk digenapi. Karena seorang laki-laki menjadi dewasa di dalam Tuhan melalui keadaan dalam hidupnya, dia sedang dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan benar yang Allah sediakan untuknya. Ketika seorang lelaki menjadi dewasa secara spiritual dan emosional, dia mampu melakukan sesuatu melebihi kemampuannya sendiri dan menyelesaikan tugas ini.

Bacalah ayat-ayat ini: Keluaran 3:3-10; Keluaran 4:20; Keluaran 4:24-26; Keluaran 18:2-6.

Musa dipanggil Allah untuk menyelamatkan seluruh bangsa Israel dari perbudakan, memimpin mereka kepada keamanan, mulai menciptakan satu bangsa yang kuat dan merdeka dari perbudakan sebelumnya dan menciptakan pemerintahan yang teokratik bagi mereka sehingga mereka dapat melahirkan Mesias. Itu saja!!! Tetapi Zipora begitu berpandangan sempit dan dia hampir saja menyebabkan kematian Musa dan mengakhiri pelayanannya, karena dia tidak menginginkan anak lelakinya menderita sementara waktu. Oh, Zipora! Bisa-bisanya dia? Apakah Anda melihat cerminan diri Anda sendiri dalam cerita ini?

Bagaimana Anda melayani lelaki yang mengemban panggilan Allah dalam hidupnya? Anda ikuti pimpinannya. Dengan rendah hati tunduk kepada rencana Allah. Jika dia tidak melihat dengan jelas apa yang Allah kehendaki atas dia, bantu dia memperjelas penglihatan. Berdoa bersama dia dan untuk dia hingga Anda berdua tahu apa panggilan-Nya.

Kemudian bersiaplah menyesuaikan kehidupan Anda untuk membantu dia taat sepenuhnya kepada apa saja yang Allah katakan. Jangan membuat dia harus memilih antara menyenangkan Allah dan menyenangkan Anda.

Ingatkan Dia akan Sasarannya
Dalam masyarakat kita yang berorientasikan kaum muda, kebanyakan kita tidak menyadari bahwa sasaran kita seharusnya adalah menjadi bijak, bukannya menjadi cantik, kaya dan terkenal. Kita perlu untuk mengingatkan suami kita bahwa sasaran mereka seharusnya menjadi apa yang Alkitab katakan “zaken” atau seorang yang bijaksana. Kita tidak ingin hanya bertambah tua, kita ingin menjadi lebih bijaksana.

“Zaken” adalah salah satu kata Ibrani yang artinya “seorang tua yang bijaksana.” Dia bukan “pensiunan” atau orang yang sudah tidak mendatangkan manfaat apa-apa. Dia memancarkan kemuliaan dengan rambut beruban yang menandakan kebijaksanaannya. Tahapan ini adalah saran kepriaan. Berkat dari orang bijak adalah datang kepada akhir hidupnya, siap untuk memberikan bimbingan yang berhasil kepada generasi berikutnya melalui pengetahuan yang dia dapatkan tentang kehidupan.

Nampaknya kita sudah kehilangan respek kepada para tua-tua kita yang memberikan karakteristik pada generasi-generasi sebelumnya. Kita menempatkan para tua-tua yang bijaksana itu dalam panti jompo atau komunitas orang-orang pensiun dan mengisolasi mereka. Ini bukanlah perspektif yang Alkitabiah. Orangtua disanjung dan dihormati di atas semuanya. Kepada merekalah Anda membawa pertanyaan-pertanyaan yang berat tentang kehidupan. Tugasnya adalah meneruskan kebijaksanaan yang didapatkan dari pengalaman hidup bertahun-tahun.

Apa peranan isteri dari seorang bijak? Bagaimana dia melayani suaminya? Dia bisa membantu suaminya “menetapkan pikirannya sebagai seorang pembimbing”. Dia memampukan suaminya untuk siap dan bersedia bagi generasi yang lebih muda dengan membuka pintu rumahnya dan mengundang mereka datang untuk menerima nasihat suaminya. Dia terus menerus mendampingi suaminya dalam pelayanan. Dia mengurusi kebutuhan-kebutuhan fisik suaminya yang semakin bertambah. Jika suaminya mendahului dia dalam kematian, dia membantu suaminya meninggal seperti yang terjadi pada Abraham, “pada saat tua dan suntuk umur, puas dengan kehidupan”.

Ibu saya (penulis buku ini) melakukan tugas yang luar biasa sebagai isteri dari seorang bijak. Dia membuka rumahnya siang atau malam kepada siapa saja yang membutuhkan nasihat yang dia dan ayah saya bisa berikan. Karena mereka selalu menyediakan diri mereka, memang banyak yang datang kepada mereka untuk minta nasihat. Saya sering kali mendengar ibu dan ayah saya dari ruang tamu atau di telepon, membahas keadaan yang sulit dengan orang-orang yang lebih muda daripada mereka.

Kiat-kiat untuk Ibu
Jika Anda tidak tinggal dekat orangtua Anda, pilih beberapa orangtua angkat! Cari pasangan yang lebih tua di gereja Anda, undang mereka ke rumah Anda untuk makan malam, dan mulailah berbaur! Jika Anda tidak dapat menemukan pasangan yang lebih tua, paling tidak bergaul dekat dengan satu pasangan yang usianya sebaya Anda dan lewatkan waktu bersama. Anak-anak Anda perlu melewatkan waktu dengan orang-orang dewasa lainnya yang mengasihi dan mendukung mereka.

Ada dua keluarga dalam gereja kami yang dekat dengan keluarga kami. Mereka mengasihi anak-anak kami dan kami mengasihi anak-anak mereka. Persekutuan “keluarga besar” ini adalah begitu penting dalam masyarakat kita yang terbagi-bagi di mana kebanyakan dari kita hidup jauh dari kakek-nenek kandung anak-anak itu.

Check Also

Artikel Wanita Ok 25

IMAN UNTUK MENANG

Kay tidak berencana menjadi pelatih hebat. Ia juga tidak berencana menjadi orang Kristen yang vokal. …