Suasana meriah bergema di kerajaan maut, sorak-sorai kemenangan gegap gempita, sudah 2 hari mereka berpesta, “Kita sudah mengalahkan sang Putera. Dia sudah mati”, sesosok roh jahat bermuka licik bernama roh fitnah menyeringai sambil menyombongkan diri. “Saya bersama adik saya roh dusta berhasil membujuk para pemimpin Parisi bersekongkol” katanya, roh jahat lain yang bernama roh khianat tertawa sinis sambil menepuk dada berkata “Kalau bukan aku dan rekanku roh tamak bekerja sama, murid itu tidak akan menyerahkan gurunya”, semua berteriak menyebutkan karya mereka tetapi semua mulai tenang ketika sesosok roh yang berbeda dengan penampilan mereka, seperti malaikat tetapi dengan sorot mata yang kejam, dingin, aura penuh kebencian dan dendam, Lucifer, berkata “Sudahlah yang penting Dia tidak akan mengganggu kita lagi, Dia sudah mati, Dia tidak akan mengganggu rencana kita merusak ciptaaan kesayangan-Nya manusia yang fana, Dia juga dia tidak akan mengusir rekan kita keluar” sambil menunjuk sesosok roh jahat beserta ribuan rekan-rekannya yang menganggukan kepalanya seraya menyeringai dan berkata “Ya, kami tidak suka dipindahkan ke dalam babi. Syukurlah kalau Dia sudah tidak ada”, semua berteriak gembira sambil menari-nari “Anak itu sudah mati, sudah mati, ini hari ketiga sejak kematian-Nya”.
Tiba-tiba secercah cahaya muncul di tengah kegelapan, cahaya penuh kemuliaan dan keagungan (Ibr. 1:3), mereka terkejut dan berteriak-teriak ketakutan, sinar itu semakin terang dan menguasai ruangan itu. Sinar dan kehadiran sesosok tubuh penuh kemuliaan yang mereka sangat takuti, sang Putera memasuki alam maut, semua gemetar dan panik, dengan penuh wibawa Dia mengulurkan tangan-Nya mengambil kunci pintu alam maut dari tangan Lucifer dan berkata “Kepada-Ku telah diberikan kunci pintu ini, aku yang berkuasa sekarang, Aku akan membawa semua yang percaya kepada-Ku dan perjanjian Bapa-Ku ke dalam kemuliaan Bapa-Ku, Aku sudah membeli mereka dan harganya sudah lunas dibayar (Why. 5:9), kemuliian sang Putera membuat semua roh najis itu tercekat dan tak mampu bergerak, mereka seraya lumpuh di hadapan sang Putera yang menerima segala kuasa di bumi, di bawah bumi dan di surga oleh karena pengorbanan-Nya (Mat. 28:18, Why. 5:11-14), dan dengan sekejap mata Yesus sang Penebus lenyap dari hadapan mereka, bangkit dari kubur disertai sorak-sorai malaikat di surga, “Dia sudah menang, Dia sudah menang, maut telah dikalahkan, hai maut dimana sengatmu, ketakutan akan kematian telah lenyap, keselamatan telah datang”.
Alam maut berduka semua tercekat dan heran, “Kita telah tertipu” ujar Lucifer lirih, “tanpa sadar kita telah menggenapi rencana musuh kita. Penebusan. Seharusnya kita tidak membunuh Dia”. Katanya “Itu yang direncanakan Dia sejak semula, melalui pengorbanan hewan, sampai sang Putera datang, ah semua begitu terang benderang, mengapa kita tidak menyadarinya?” katanya dengan geram. “Baiklah” katanya dengan suara lantang, “ini sudah terjadi, kita tidak boleh menyerah, berita ini tidak boleh didengar dan disebarkan, kita harus menghalangi penebusan ini terjadi. “Beritakan berita bohong, halangi setiap orang untuk percaya”, lalu dengan berteriak teriak marah berhamburanlah mereka keluar untuk bekerja.
Oleh: Pdt. Simon Irianto