LADY IN WAITING

Oleh: Ibu helen Pratama

Banyak orang memiliki persepsi yang salah tentang singleness, padahal sebagai wanita lajang, banyak hal yang kita bisa nikmati namun tidak dapat dinikmati oleh mereka yang berpasangan. Contohnya soal karier, privacy, waktu luang dan lain-lain yang kita bebas kejar dan habiskan tanpa harus memikirkan pasangan atau keluarga.

Single tidak berarti seseorang tidak bisa bahagia atau tidak bisa menjadi pribadi yang utuh. Banyak yang beranggapan, seseorang menjadi pribadi yang utuh jika memiliki penampilan, dikagumi orang lain, memiliki pencapaian atau prestasi tertentu, memiliki status dan pengakuan.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa di dalam setiap pribadi ada desakan kebutuhan akan:

  1. Relasi. Banyak orang menikah karena butuh berelasi. Padahal, persahabatan itu mirip dengan hubungan pasangan tanpa ada hubungan seksual di sana.
  2. Cinta. Cinta bisa kita temukan dalam persahabatan dan keluarga. Jangan memutlakkan bahwa kebutuhan akan cinta hanya dipenuhi dalam sosok pasangan/suami. Hubungan dalam jangka panjang harus dibangun dalam kejujuran.
  3. Rasa dimiliki dan memiliki. Banyak wanita yang merasa gelisah saat ia sampai di titik ini padahal kebutuhan ini bisa kita dapatkan di komunitas terutama komunitas iman.
  4. Prestasi. Ingat, pernikahan bukan prestasi. Tidak semua orang harus menikah, karena pernikahan Kristiani itu hanya untuk mereka yang siap dan matang.

4 Kebohongan tentang singleness:

  1. Kesepian.

Hal ini dapat dipenuhi dalam komunitas. (Kejadian 2:18).

  1. Keberhargaan pada peran kita.

Amsal 31 menyatakan potensi diri seorang wanita bukan hanya soal menjadi istri. Saat kita di sorga tidak ada lagi kawin mengawinkan, dan di sana kelak kita ada sebagai pribadi.

  1. Pernikahan adalah jaminan masa depan.

Padahal, belum tentu masa depan kita terjamin dalam lembaga pernikahan. Masa depan kita terjamin di dalam Kristus.

  1. Menikah = bahagia.

Belum tentu orang yang menikah itu bahagia. Untuk bahagia dalam pernikahan harus dimulai dengan benar, bertemu dengan pribadi yang benar dan dibangun dengan benar dalam firman Tuhan.

Dalam masa penantian, mari kita belajar dari seorang pribadi di Alkitab yang bernama Rut.

  1. Rut memiliki penyerahan tanpa ragu. Banyaklah menghabiskan waktu untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Seperti Rut, mari letakkan hidup di tangan Tuhan dan meskipun harus berjalan dalam ketidakpastian, tetap berjalan bersama Tuhan. Rut tidak goyah karena ia memiliki penyerahan total dan tidak pernah meragukan kebaikan Tuhan.
  2. Ia seorang yang rajin. Masa menanti adalah masa kita harus rajin membangun karakter. Bertumbuhlah dalam karakter, sehingga kita memiliki karakter yang indah dan menarik.
  3. Wanita yang beriman. Bangunlah iman dalam Tuhan. Ia memoles pengalaman hidupnya dalam konteks iman. Ia mengerjakan apa yang ia bisa lakukan dengan tetap mempercayai Tuhan.
  4. Wanita yang bertanggungjawab. Di tengah penantian, jangan menjadi pribadi yang pahit. Sukacita itu menular. Jadilah pribadi yang bersukacita dan menularkannya kepada orang lain. Pribadi seperti ini pasti menarik. Rut melakukan kewajibannya tanpa beban dan keluh kesah.
  5. Penuh pengabdian. Ada banyak wanita yang tidak memiliki komitmen yang konsisten. Jadilah pribadi yang dapat diandalkan dan mengerjakan tanggungjawab dengan penuh pengabdian. Jangan tergantung mood.
  6. Penuh kemurnian. Jaga kekudusan hidup kita dan kemurnian hidup kita. Banyak orang yang ingin dan dapat memanfaatkan masa penantian kita, karenanya berhati-hatilah.
  7. Penuh dengan rasa aman. Ia tidak gamang karena pribadinya sudah utuh di dalam Tuhan.
  8. Wanita yang puas. Ia tidak terpuruk dalam kesedihan.
  9. Wanita yang sabar. Ia tahu Tuhan memiliki waktu yang terbaik dan rencana yang terindah.

Masa berpacaran adalah masa kita mempersiapkan pernikahan. Kesalahan banyak pasangan adalah mereka tidak benar-benar mengenal pasangannya. Karenanya, mari isi masa persiapan pernikahan dengan banyak berdialog dan berdiskusi tentang banyak hal-hal prinsip. Kenali bagaimana hubungan pasangan kita dengan orang tuanya. Apa pandangannya tentang uang, keluarga, seks, anak dan lain-lain. Bagaimana pasangan kita menangani masalah atau perilakunya saat marah? Pahami dengan benar budaya dari keluarga calon pasangan kita. 

Ini adalah beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan di masa persiapan pernikahan. Jangan sibuk mempersiapkan ‘pesta’ dan melalaikan kesiapan kita memasuki bahtera pernikahan.

Check Also

Artikel Wanita Ok 25

IMAN UNTUK MENANG

Kay tidak berencana menjadi pelatih hebat. Ia juga tidak berencana menjadi orang Kristen yang vokal. …