HOW TO BE A MENTALLY HEALTHY PARENTS (Bagaimana Menjadi Orangtua Yang Sehat Mental)

Seminar Parenting
Oleh: Wiratna Octalina

27 Juli 2024 yang lalu, komisi ABI , WBI dan Kompas mengadakan seminar parenting dengan tema “How to be a Mentally Healthy Parent(s)” dengan narasumber Ibu Anggiena C, Anthoinette, S.Psi. Seminar ini diadakan mengingat semakin kompleks dan beragamnya pola pengasuhan anak zaman now (generasi Z, generasi Alfa dan generasi Beta) yang tentunya berbeda dengan pengasuhan anak di zaman generasi X ataupun generasi Y. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh para orangtua sangat berdampak pada kesehatan mental dan juga kesehatan fisik orangtua itu sendiri, sehingga penting bagi para orangtua untuk bisa menjaga kesehatan, khususnya kesehatan mental dan emosi nya supaya bisa memberikan pola asuh yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Seminar parenting dibagi menjadi 3 sesi, di sesi pertama membahas tentang bagaimana orangtua menyikapi dirinya sendiri secara personal (me as myself), karena untuk bisa memberikan pengasuhan terbaik , orangtua harus secara sadar memahami bahwa dirinya sendiri harus sehat, baik secara fisik, mental maupun emosi. Di sesi kedua dibahas secara spesifik bagaimana menyikapi diri sebagai orangtua (me as parent(s)) untuk mendampingi anak-anak zaman now yang sangat familiar dengan teknologi. Tidak lupa ada doorprize juga untuk peserta yang beruntung sebelum mulai sesi ketiga (sesi tanya jawab).

Seminar parenting dibuka dengan ice breaker dan perkenalan narasumber oleh duo MC (Ibu Adeth WBI dan Ka Adhie ABI), setelah itu dari ketua KPA (Dr. Ronny) memberikan kata sambutan dan doa untuk membuka acara. Setelah itu pujian yang dipimpin oleh tim guru ABI (Ka Mieke, Ka Windyani dan Ka Lucy), tim usher oleh guru ABI dan tim konsumsi oleh ibu-ibu WBI, sedangkan untuk doa penutup dipimpin oleh Bp. Dedi (Kompas).

Di awal sesi pertama, Ibu Anggi memberikan quiz BINGO dimana para peserta diminta untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada peserta lain, 3 peserta tercepat yang bisa menuliskan jawaban pertanyaan adalah Kak Mieke, Kak Abeth dan Ibu Sandhie Nila. Setelah itu sesi dibuka dengan PPT dengan judul Me as Myself karena kesehatan mental emosi dimulai dari mencintai diri sendiri. Setiap pribadi membutuhkan self love atau self compassion jadi untuk bisa memberikan yang terbaik kita harus menjadi pribadi yang terbaik menurut versi kita, jangan membandingkan diri kita dengan orang lain karena penting sekali untuk kita bisa menghargai potensi yang kita miliki sehingga kita bisa mengembangkan dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bisa memberkati orang lain khususnya keluarga dan anak-anak kita.

Ada singkatan SELF LOVE yang dibagikan oleh Ibu Anggi supaya kita mudah mengingat bagaimana kita bisa mencintai diri kita sendiri dengan benar.
S = Selalu mulai apapun dengan Tuhan
E = Energi positif, berikan/salurkan energi positif untuk diri sendiri dan orang lain
L = Lakukan apa yang kita suka, beri waktu diri kita untuk ME TIME
F = Fokus dengan potensi diri kita, tahu apa yang menjadi kekurangan kita dan mau berusaha untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik.
L = Lingkungan yang sesuai, pastikan kita berada di lingkungan yang bisa mendukung pengembangan diri kita, bangun komunitas yang baik dan jauhi pergaulan yang membawa energi negatif.
O = Obatnya adalah hati yang gembira, saat sedang mengalami permasalahan tetap ucapkan syukur karena dengan demikian kita tidak akan terjebak dalam pikiran yang jelek terus menerus.
V = Vokal, ungkapkan apa yang dirasakan dengan baik, jangan memendam perasaan atau pertanyaan yang bisa membuat pikiran kita merasa tidak berharga ataupun tidak dimengerti. Sangat wajar dan tidak salah untuk bisa merasakan emosi apapun (sedih, senang, bahagia, kesal, marah, takut dll) dan kita harus bisa belajar mengungkapkannya dengan cara yang baik/sopan sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain.
E = Eeeh yang pasti semuanya itu tidak berlebihan, sesuai dengan porsinya dan sesuai dengan kondisi. Kita tidak bisa mengontrol semuanya, terkadang kita cuma perlu untuk relax dan percaya bahwa semuanya akan berjalan baik. Lepaskan sedikit penat dan kita akan bisa menikmati kehidupan.

Di sesi kedua pembahasan tentang Me as a parent(s) dijelaskan bahwa menjadi orangtua yang baik bukan untuk dibandingkan dengan orangtua yang lain karena kebutuhan tiap keluarga berbeda-beda. Menjadi orangtua yang baik adalah menjadi orangtua yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anak-anak kita. Ada 3 hal yang perlu kita perhatikan untuk menciptakan anak-anak yang bahagia, yang pertama adalah anak-anak yang bahagia lahir dari orangtua yang bahagia sehingga penting bagi orangtua untuk bisa mengelola stress/emosi supaya bisa beradaptasi dengan baik dengan tuntutan yang dihadapi saat menjadi orangtua. Yang kedua adalah penting untuk bisa membangun hubungan yang menyenangkan di dalam rumah, antara kita dan pasangan, juga antara kita dan anak-anak. Untuk itu perlu membangun rasa saling percaya antar anggota keluarga dan juga rasa saling menghargai untuk setiap upaya yang dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga. Yang ketiga adalah penting juga untuk sama-sama menghadirkan aturan dan konsekuensi untuk dilakukan bersama. Orangtua harus tegas dalam memberikan contoh saat memberikan aturan. Jangan sampai saat kita memberikan aturan tapi kita sendiri yang melanggarnya. Ciptakan pola asuh dan aturan yang sesuai dengan kebutuhan keluarga kita sendiri. Terakhir untuk para orangtua jangan lupa untuk mengapresiasi diri kita sendiri dengan kata-kata positif, supaya kondisi mental dan emosi kita sebagai orangtua bisa terjaga dengan baik.

Di sesi ketiga yaitu sesi tanya jawab pertanyaan paling banyak adalah bagaimana cara memberikan aturan untuk anak-anak dalam menggunakan gadget, hal ini tentu dikembalikan lagi kepada setiap orangtua karena kita yang lebih paham bagaimana karakter anak-anak kita, apakah akan diberi batasan waktu atau diberi tanggung jawab waktu. Pastikan saat kita memberikan aturan kita harus tegas pada anak-anak kita supaya anak-anak paham kalau aturan yang kita buat itu serius dan harus dipatuhi. Berikan ruang kepada anak-anak kita untuk bisa ber-argumen atau memberikan pendapat saat aturan dibuat, berikan penjelasan apa konsekuensi yang akan diberikan kalau ada pelanggaran, terlebih saat anak-anak kita sudah memasuki usia remaja perlu sekali bisa membangun komunikasi yang baik dengan mereka.

Satu hal yang perlu diingat oleh orangtua adalah jangan kita melabeli anak-anak kita dengan label negatif, misalnya “kamu mah udah kecanduan gadget, jadi susah diomongin” atau “kamu mah anak bandel, gak pernah nurut sama orangtua” atau “kamu kok bodoh banget sih kaya gitu aja gak ngerti” karena label seperti itu bisa nempel di pikiran anak-anak kita sampai mereka dewasa. Kalau semisal ada perilaku anak-anak kita yang kita rasa sudah diluar kewajaran, atau sebagai orangtua kita merasa perlu bantuan secara mental jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahlinya (konselor, psikolog atau psikiater) sebelum masalahnya menjadi lebih berantakan karena terlalu lama diabaikan.

Demikian sekilas yang bisa diceritakan dari kegiatan seminar parenting ini. Terima kasih untuk semua panitia, juga untuk semua peserta yang ikut seminar ini, semoga seminar ini bisa memberikan pencerahan bagi para orangtua supaya bisa lebih baik lagi dalam memberikan pengasuhan bagi anak-anak. Sampai jumpa di kegiatan ABI berikutnya, Tuhan Yesus memberkati.

Check Also

PW Umum 2024

“SACRIFICE OF PRAISE” – PERSEMBAHKANLAH KORBAN PUJIAN SEBAGAI PENGAGUNGAN AKAN ALLAH

Oleh: Selvyaningsih Sianto Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!Pujilah Tuhan, …