YAEL, SI CERDIK
Hakim-hakim 5:24-31
Hakim-hakim 4:9. “Kata Debora: “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.”
Bangsa Israel berbuat apa yang jahat di mata Tuhan. Allah menghukum bangsa Israel dengan menyerahkan mereka ke tangan Yabin, raja Kanaan. Raja Yabin memiliki panglima perang bernama Sisera. Bangsa Israel dijajah selama dua puluh tahun. Penindasan terhadap bangsa Israel, membuat bangsa Israel berseru pada Tuhan. Pada saat itu Debora menjadi hakim atas bangsa Israel. Dengan perantaraan Debora, Allah memerintahkan Barak agar memimpin peperangan melawan Sisera. Allah berjanji akan memberikan kemenangan pada Barak. Namun, Barak enggan pergi berperang sendirian. Akhirnya Debora turut serta dan Debora sebagai nabiah bernubuat, kehormatan dalam peperangan ini menjadi milik seorang wanita.
Ayat di atas merupakan nubuatan Debora dan sering ditafsirkan bahwa perempuan yang dimaksud adalah Debora. Bila kita baca kisah peperangan melawan Raja Kanaan ini, Sisera ditaklukkan oleh seorang wanita yang bernama Yael.
Siapakah Yael? Hakim-hakim 4:11, Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab, ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh. Dan ayat 17, Tetapi Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, sebab ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor, dengan keluarga Heber, orang Keni itu. Rupanya Yael adalah istri Heber, orang Keni yang bergabung dengan bangsa Israel sejak zaman Musa. Yael sebagai bagian dari bangsa Israel mengalami penderitaan akibat penjajahan ini. Ketika berhadapan dengan panglima perang yang gagah perkasa, Yael menghadapinya dengan kecerdikan.
Seorang wanita harus cerdik menghadapi kekerasan. Kekerasan tidak dilawan dengan kekerasan. Yael menghadapi kekerasan dengan kelembutan. Wanita yang memberi ketenangan dan ketentraman, namun di tangannya ada keberanian untuk merebut kemenangan. Yael tidak tercatat sebagai wanita perkasa yang menjadi pejabat atau pembesar. Dia adalah wanita rumah tangga yang cerdik yang memikirkan kemerdekaan bangsanya. Dia menjadi pahlawan bagi bangsanya dengan kecerdikannya.
Doa: “Biarlah hikmat-Mu ada atas kami ya Bapa, sehingga kami dapat mengatasi setiap persoalan dengan baik dan meraih kemenangan bersama-Mu. Amin.”