Jika kamu tidak setia dalam hal Mamon (Uang) yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kamu harta yang sesungguhnya? (Lukas 16:11).
Tahukah saudara ada lebih dari 2000 ayat didalam alkitab yang berkenaan dengan uang, itulah sebabnya Tuhan Yesus menyentuh subjek ini berkali-kali dari perumpamaan- perumpamaan-Nya. DR. Paul Caram dalam bukunya ‘Kekristenan Sejati’ bahkan dengan gamblang menyatakan” Cara kita mengatur keuangan akan menentukan akan kesuksesan kita dalam kehidupan Kristen atau tidak”. Salah satu ciri seorang Kristen yang dewasa adalah kemampuannya dalam mengatur keuangannya. Bagaimana mendapatkan dan mengunakannya. Banyak orang Kristen yang tidak memiliki kejujuran dalam hal keuangan. Orang –orang yang rajin melayani digereja, bahkan menduduki jabatan gerejani seringkali bukan seorang yang dapat dipercaya dalam keuangan, ini sangat menyedihkan. Karena Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan, bila kita tidak bisa dipercaya dalam hal keuangan, kita tidak bisa dipercaya dalam hal apapun, apalagi hal-hal rohani!. Seharusnya orang Kristen adalah orang yang paling bisa dipercaya karena memiliki takut akan Tuhan dan Roh kudus ada didalamnya.
Dua hal penting dalam hal pengaturan keuangan.
Pertama bagaimana kita mendapatkannya. Amsal 3:2 mengatakan “Harta yang didapat dengan kefasikan tidak berguna”. Bahkan dikatakan penghasilan orang fasik membawa kerusakan (Amsal 15:6b). Kita tidak bisa menikmati uang hasil dari menipu, berbohong, memeras atau mencuri. Berita di media massa dengan jelas memberi kita contoh bagaimana orang-orang yang kelihatan tertawa dengan ketidak jujurannya berakhir dengan tangisan dan rasa malu. Kita tidak boleh juga beroleh kekayaan dengan memeras orang lain (Kolose 4:1), termasuk karyawan atau bawahan kita. Ada banyak pengusaha sukses dengan mencuri hak orang yang bekerja padanya; Yang pada akhirnya akan ditinggalkan dan kesuksesannya tidak bertahan lama. Kesuksesan kita seharusnya juga dinikmati oleh orang-orang yang bekerja keras bersama-sama dengan kita. Sebaliknya sebagai karyawanpun kita harus mengerjakan tugas dan kewajiban kita dengan segenap hati seperti kepada Tuhan dan bukan pada manusia (Efesus 6:5-8).
Yang kedua yang sama pentingnya adalah bagaimana mengunakannya. Ada banyak orang yang pandai mencari uang tetapi tidak bijak menggunakannya; sehingga selalu dibelit oleh hutang piutang dan kekuatiran (Luk.8;14). Mereka seringkali tidak bisa menguasai diri dari apa yang dilihatnya (Pengkotbah 2:10). Orang pergi belanja bukan apa yang diperlukan tetapi apa yang dilihat dan diinginkan, bahkan dengan berhutang. Ini yang akan membuat kita kehilangan kebebasan dan terikat dengan jerat yang membuat susah seluruh segi hidup kita.
Survey menyatakan 50 persen perceraian adalah akibat masalah ekonomi. Anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang basic, karena orang tua tidak menggunakan uang untuk hal-hal yang lebih berguna. Pengaturan uang yang buruk sering disebabkan oleh ketidak disiplinan, penggunaan uang yang berlebihan, senang berhutang dan investasi yang buruk. Belilah apa yang berguna bukan apa yang kita sukai. Memasak di rumah tentu lebih murah daripada makan di restoran, pakai handphone untuk hal yang berguna dan tidak perlu selalu mengantinya dengan tipe tercanggih. Atur pengeluaran untuk beban penting,utamakan perpuluhan terlebih dahulu (Amsal 3:9-10) ini investasi di kerajaan Allah yang akan menjagai seluruh penghasilanmu ke depan. Sisihkan untuk keperluan keluarga, pendidikan, kesehatan, tabungan. Baru setelah itu digunakan untuk hal-hal lain yang kurang penting seperti hobi dan penampilan, maupun liburan keluarga. Bila kita bisa mengatur keuangan dengan bijak, kita tidak akan mengalami masalah dan ketegangan yang tidak perlu. Akhirnya seorang bijak mengatakan: Sikap terhadap uang mengungkapkan siapa kita sebenarnya dan apa yang paling kita kasihi, “di mana hartamu berada di situ hatimu berada”. Tidak mungkin kita menjadi manusia rohani tanpa mengatur uang kita dengan bijaksana.
Oleh: Pdt. Simon Irianto