Bangkitnya Yesus dari kematian merupakan makna dari Perayaan Paskah Umat Kristiani. Makna ini sebenarnya sejajar dengan Paskah Yahudi, Hari Raya Paskah merupakan peringatan peristiwa sejarah yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir (Kel. 12:1-28). Paskah dirayakan terus-menerus (Misynah Pesakhim) dan mengingatkan orang Israel akan penyerahan anak sulung kepada Tuhan, juga akan korban anak domba serta pelaburan kedua tiang pintu dan ambang pintu atas dengan darah domba sehingga Allah melewatkan keluarga orang Israel dalam rumah itu dari tulah. Paskah; dari kata Ibrani pesakh yang artinya lewat. Jadi, Paskah sama-sama dimaknai sebagai perayaan pembangkitan dari kematian.
- Ayam berkokok tiga kali. Peristiwa tersebut segera mengingatkan Petrus akan ucapan Yesus beberapa saat sebelum Dia ditangkap (Mat. 26:34,75). Ayam berkokok itu sendiri sebenarnya mau menunjuk pada waktu terjadinya situasi itu, yakni hari Jumat subuh. Sebelumnya dalam Perjamuan Makan Terakhir, Petrus dengan lantang mengatakan bahwa tidak sekalipun dia akan menyangkal Yesus. Peristiwa ini mengingatkan orang Kristen untuk bercermin perihal keadaan spiritualnya, apakah keputusannya mengikut Yesus sudah dilandasi oleh motivasi yang benar, bukan karena dorongan emosional sesaat.
- Barabas, yang bernama depan Yesus adalah seorang penjahat terkenal pada zaman Tuhan Yesus. Ia dipenjarakan karena telah meresahkan pemerintahan Romawi. Lazim pada zaman itu pemerintah Romawi membebaskan seorang tawanan pada hari raya Paskah. Barangkali sama seperti di Indonesia. Ketika peringatan 17 Agustus, maka ada tawanan yang mendapatkan remisi, grasi, bahkan amnesti. Pontius Pilatus kemudian menawarkan pilihan kepada orang banyak siapa yang akan dipilih untuk dibebaskan: Yesus Barabas atau Yesus yang disebut Kristus. Keempat Injil mencatat bahwa orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu serentak berteriak untuk membebaskan Barabas. Peristiwa ini sebenarnya hendak menunjuk pada penolakan terhadap Yesus sekaligus penerimaan terhadap orang berdosa.
- Crucifixion atau penyaliban merupakan bentuk hukuman terberat yang berlaku pada zaman Tuhan Yesus. Hukuman salib dijatuhkan pemerintah Romawi kepada penjahat-penjahat besar yang telah mengganggu stabilitas wilayah kekuasaan Roma. Ketika Yesus dijatuhi hukuman salib oleh Pontius Pilatus, hal itu bukan disebab kan oleh karena Yesus adalah seorang penjahat besar yang ditangkap. Penyaliban itu lebih didasarkan pada permintaan orang banyak yang turut mengadili Yesus (Mrk. 15:13-15). Di mata orang banyak saat itu (termasuk para ahli Taurat dan orang Farisi) Yesus dipandang telah melakukan kejahatan besar, Yesus telah melakukan pelanggaran terhadap aturan agama Yahudi, misalnya: menghujat Allah dan karenanya layak untuk dijatuhi hukuman mati (Mrk. 14:64).
- Eli, Eli, lama sabakhtani (bahasa Aram), artinya “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Ini merupakan salah satu ucapan Yesus di kayu salib. Ucapan ini dapat dimengerti dalam ajaran Perjanjian Baru mengenai pendamaian. Di sini kita dapat melihat bagaimana Yesus menyamakan diri-Nya dengan manusia berdosa (bnd. Flp. 2:8). Dalam posisi yang demikian, maka ada suatu keterpisahan antara Allah dan manusia karena dosa. Dosa tidak lain adalah meninggalkan Allah. Oleh karena itu, akibat dosa yang paling hebat adalah ditinggalkan oleh Allah. Dan ketika Ia berteriak demikian, itu adalah karena kita! Jadi, ucapan tersebut bukanlah ekspresi perasaan kemanusiaan Yesus yang tengah menderita disalib, karena tokh Ia sudah pernah mengalami semua bentuk penderitaan dan kepedihan manusiawi yang paling berat dan itu tidak membuat-Nya mengaduh. Ucapan tersebut bukan pula ekspresi kekecewaan Yesus yang mengharap Allah akan menghadirkan dunia baru, karena bukan itu tujuan-Nya datang ke dunia. Bukan pula sekadar mengulangi Mzm 22:2 sebagai suatu latihan kesalehan. Teriakan itu diucapkan seolah suatu pertanda akan bahaya dosa dan akibatnya, yakni ditinggalkan Allah.
- Getsemani (bahasa Aramnya adalah gat semen = perasan minyak) adalah nama sebuah bukit, tempat di mana Yesus berdoa dalam suatu pergumulan yang berat. Letaknya di timur Yerusalem, seberang lembah Kidron dekat Bukit Zaitun (Mat. 26:30). Getsemani adalah tempat yang disenangi Yesus dan murid-murid-Nya sebagai peristirahatan, dan kemudian menjadi panggung kesengsaraan, pengkhianatan Yudas, dan penangkapan Yesus (Mrk. 14:35-52). Sikap Kristus di Getsemani (Luk. 22:41) mempelopori kebiasaan orang Kristen untuk berlutut bila berdoa, mengingat orang Yahudi biasanya berdoa dengan berdiri dan menengadahkan kedua tangannya ke atas.
- Golgota (bahasa Aramnya adalah gulgolta = tengkorak) adalah nama sebuah bukit, tempat di mana Yesus disalibkan bersama dua penjahat besar lainnya (Mat. 27:33; Luk. 23:33). Letaknya di luar Yerusalem, tidak jauh dari pintu gerbang kota dan dari jalan besar. Di dekatnya ada satu taman dengan satu kuburan.
- Tentang nama Golgota, ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi: di tempat itu terdapat banyak tengkorak, tempat itu adalah tempat pelaksanaan hukuman mati, atau tempat itu sedikit banyak menyerupai tengkorak. Saat ini, belum diperoleh kepastian tentang tempat yang pasti dari Golgota.
- Jumat Agung diperingati oleh orang-orang Kristen sebagai hari kematian Yesus Kristus. Hari Jumat sebenarnya adalah hari yang biasa, sama seperti hari-hari lainnya. Namun pada hari Jumat yang satu ini, menjadi agung karena adanya peristiwa kematian Yesus Kristus. Dan hal yang perlu kita sadari dan waspadai adalah bahwa yang perlu diagungkan bukanlah harinya, melainkan si Pembuat Peristiwa di hari itu, yakni Yesus Kristus sendiri.
- Lewatnya bangsa Israel dari peristiwa perbudakan di Mesir adalah makna dari pera yaan Paskah (pesakh = melewati) dalam Perjanjian Lama. Dalam Kel. 12:1-28, kita dapat membaca bagaimana Allah menetapkan Paskah bagi Israel. Ketika itu, Allah hendak bertindak untuk yang terakhir kalinya dalam upaya membebaskan Israel dari Mesir. Untuk keperluan itu, bangsa Israel diminta untuk bersiap diri, yakni dengan menyelenggarakan perjamuan Paskah. Perjamuan Paskah ini dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan, yakni bulan pertama dalam penanggalan Yahudi, dan ditetapkan untuk dilaksanakan secara turun-temurun. Perayaan Paskah itu sendiri menandai awal keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Oleh sebab itu, Paskah dirayakan oleh orang Yahudi sebagai perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir.
- Menetapkan tanggal Paskah. Kalender yang kita miliki, memiliki tanggal Paskah yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. Malah, bulannya pun berbeda-beda, kadang Paskah jatuh di bulan Maret, kadang di bulan April. Memang, Paskah tidak mempunyai tanggal yang tetap seperti Natal. Bagi orang Kristen saat ini, tanggal dan bulan Paskah yang berbeda-beda itu cukup membingungkan. Namun tidak demikian dengan gereja mula-mula. Sebagaimana telah disinggung di atas, bagi gereja mula-mula, setiap hari Minggu adalah hari Paskah, karena pada hari Minggulah Yesus bangkit dari kematian. Baru pada abad ke-2 ZB, mulai ada jemaat-jemaat Kristen yang mengkhususkan hari Minggu tertentu untuk dirayakan sebagai hari Paskah setahun sekali. Namun, hal ini pun menimbulkan kebingungan. Hari Minggu yang mana yang dipilih sebagai hari Paskah? Terhadap hal ini, ada perbedaan yang muncul. Jemaat Kristen asal Yahudi berpendapat bahwa hari Paskah sebaiknya ditetapkan sama seperti Paskah Yahudi, yaitu hari ke-14 bulan Nissan, yakni bulan dalam penanggalan Yahudi. Artinya, Paskah itu bisa jatuh pada hari apa saja. Sementara itu, jemaat Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain berpendapat bahwa Paskah sebaiknya dirayakan pada hari Minggu.
- Untuk menjembatani perbedaan pendapat itu, pada tahun 325 ZB, dalam sebuah konsili (= persidangan gerejawi) di Nicea, ditetapkan sebuah patokan bersama untuk menetapkan hari Paskah. Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau sesudah tanggal 21 Maret, yaitu tanggal permulaan musim semi. Apabila bulan purnama itu jatuh pada hari Minggu, maka Paskah dirayakan pada hari Minggu berikutnya.
- Keputusan itu dipegang terus oleh semua Gereja di seluruh dunia hingga kini. Dengan patokan itu, setiap tahun Paskah jatuh antara tanggal 22 Maret dan 25 April. Bulan purnama itu sendiri sudah bisa dihitung jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga tanggal Paskah sudah dapat dihitung sekian tahun di muka.
- Obrolan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Saat itu, dua murid, yang satu bernama Kleopas, mengalami kebingungan terhadap hal-hal yang terjadi dalam hari-hari terakhir yang mereka jalani. Yesus, Sang Guru telah mati meninggalkan mereka. Namun, mereka mendengar kabar bahwa kubur Yesus telah kosong. Lalu, ketika mereka berdua berpapasan dengan Yesus, dikatakan “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia” (Luk. 24:16). Salah satu faktor utama dalam diri manusia yang dapat menghalangi orang melihat dengan jelas adalah penderitaan, kesedihan dan kedukaan. Hati yang gelap tidak memungkinkan seseorang melihat karya Allah.
- Dua orang murid tersebut mengalami sikap mental yang benar-benar pesimis, sehingga penderitaan dipandang sebagai suatu bencana. Bagi mereka, tidak ada lagi pengharapan. Semuanya sudah tamat. Yesus yang mereka kenal adalah Yesus yang mati, Yesus yang tergantung di kayu salib (lih. Luk. 24:21). Itulah yang membuat mereka putus asa.
- Bagi orang Kristen, memang iman kita adalah kepada Yesus yang tersalib, tetapi juga Yesus yang bangkit, Yesus yang menang. Itulah sebabnya lambang salib yang digunakan orang Protestan adalah salib yang kosong! Karena memang Yesus sudah tidak ada lagi di sana. Salib itu menjadi pengharapan kita!
- Pontius Pilatus adalah salah satu dari tiga nama manusia yang pasti disebut oleh orang Kristen pada setiap hari Minggu. Nama manusia yang pertama adalah Yesus. Kita menyebutnya saat mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Lalu, mengapa nama Pontius Pilatus sampai harus disebut dalam Pengakuan Iman Rasuli? Apa pentingnya nama itu? Sebagaimana kita ketahui, Pontius Pilatus adalah seorang gubernur Romawi yang memerintah di propinsi Yudea. Pada zaman Tuhan Yesus setiap hukuman mati harus mendapat persetujuan dari pejabat pemerintah Roma yang ada di daerah tersebut. Oleh sebab itu, para pemimpin agama Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus, di kediamannya.
- Bagi Pilatus sendiri, tidak ada keraguan sedikitpun tentang ketidakbersalahan Yesus (Mat. 27:23). Ia tidak dapat mengerti mengapa orang-orang Yahudi begitu menginginkan kematian Yesus, namun tekanan politik dari orang-orang Yahudi membuat ia mengizinkan penyaliban atas diri Yesus. Pilatus takut kalau-kalau orang-orang Yahudi itu akan melaporkan kepada pemerintah Roma bahwa Pilatus tidak mau menghukum mati seorang pemberontak yang membahayakan kedaulatan Roma. Pilatus akhirnya memilih tindakan melawan apa yang semula ia pandang sebagai kebenaran. Dalam keputusasaan ia kemudian memilih untuk melakukan hal yang salah.
- Dari pemaparan tersebut, nama Pontius Pilatus sebenarnya menjadi simbol dan peringatan bagi manusia untuk sadar akan bahaya berkompromi dengan ketidak benaran. Nama Pontius Pilatus hendak mengingatkan kita agar sungguh-sungguh mau berpihak kepada kebenaran dan menolak berkompromi dengan kejahatan.
- Quod scripsi scripsi (bahasa Latin), artinya “Apa yang sudah kutulis, tetap tertulis” (Yoh. 19:22). Kalimat ini dikatakan oleh Pontius Pilatus, ketika ia bersikeras untuk tetap memasang tulisan Iesus Nazarenus Rex Iudeorum (= INRI), artinya Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi, di atas kayu salib. Biasanya, di atas salib, ditaruh keterangan tentang alasan seseorang disalib. Nah, ketika di atas salib Yesus ditaruh keterangan INRI, maka dengan spontan imam-imam kepala orang Yahudi memprotesnya (Yoh. 19:21). Terhadap protes tersebut, Pilatus tetap bersikeras dengan apa yang sudah diperintahkannya untuk ditulis. Quo vadis Domine (bahasa Latin), artinya, “Tuan, ke manakah tuan hendak pergi?” Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat terkenal dari Petrus. Konon, ketika Petrus telah ditetapkan untuk dihukum mati oleh Kaisar Nero di Roma, ia melarikan diri ke luar kota Roma. Di luar pintu gerbang kota, Petrus bertemu dengan seorang laki-laki yang hendak memasuki kota. Maka terjadilah percakapan antara Petrus dengan laki-laki itu:
Petrus : Tuan, ke manakah tuan hendak pergi? (Bhs. Latin :“Quo Vadis Domine”)
Lelaki : Aku hendak pergi ke Roma untuk disalibkan (kemudian Petrus mengenal bahwa lelaki itu adalah Tuhan Yesus sendiri).
Petrus : Tuhan, bukankah Engkau hanya sekali saja disalibkan?
Lelaki : Aku melihat engkau melarikan diri dari kematian dan Aku hendak menggantikanmu.
Petrus : Tuhan, aku pergi. Aku akan memenuhi perintah-Mu.
Lelaki : Jangan takut, karena Aku menyertaimu.
Kemudian Petrus kembali ke dalam kota dan dengan sukacita menjalani hukuman matinya. Ketika hendak disalibkan, ia meminta untuk disalibkan dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah. Petrus mengatakan bahwa ia tidak layak disalibkan seperti Tuhannya.
- Sengsara Kristus diperingati dalam minggu pra-paskah yang terakhir bersamaan dengan minggu palma. Saat itu kita diingatkan pada peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem dan Ia dielu-elukan oleh orang banyak. Sebenarnya, saat itu Yesus sedang menghadapi kesengsaraan-Nya yang sudah semakin mendekat, bukan menghadapi penyambutan seorang raja yang menang perang. Keledai yang ditunggangi Yesus mau menunjukkan bahwa Ia datang bukan untuk mengangkat pedang, melainkan untuk membawa damai sejahtera bagi kehidupan umat manusia.
- Uang sejumlah 30 keping perak diberikan oleh imam-imam kepala agar Yudas mau menyerahkan Yesus kepada mereka (Mat. 26:14-15). Jumlah uang tersebut sebenarnya setara dengan harga seorang budak (Kel. 21:32). Sebenarnya, para pemimpin agama Yahudi telah berencana untuk menangkap Yesus setelah Paskah selesai (Mat. 26:4-5), namun dengan munculnya tawaran yang tidak terduga dari Yudas, membuat rencana mereka dipercepat. Uang sejumlah 30 keping perak juga setara dengan nilai mata uang Romawi sebesar 3 denarius, yang bila dikurskan ke dalam rupiah saat ini bernilai sejumlah Rp. 4.392,00 suatu harga yang sangat murah bagi seorang manusia. Namun di sini kita dapat melihat adanya suatu kontras. Harga yang sangat murah tersebut dipakai Allah untuk membayar lunas segala dosa dan pelanggaran manusia, justru dengan harga yang sangat mahal, yaitu kematian Yesus Kristus (1 Kor. 6:20; 7:23).
- Vigilate et orate (= berjagalah dan berdoalah; Mat. 26:41), merupakan perkataan Tuhan Yesus kepada 3 murid yang menemani-Nya berdoa di Taman Getsemani. Perintah Tuhan Yesus tersebut sebenarnya merupakan sebuah peringatan kepada para murid bahwa Yesus akan menghadapi suatu jalan penderitaan yang sangat berat. Namun, peringatan tersebut tidak mampu mengalahkan rasa kantuk yang menghinggapi para murid. Bagi kita saat ini, perintah vigilate et orate sebenarnya merupakan sesuatu yang masih tetap relevan untuk dilakukan. Perintah ini mengajak kita untuk memiliki suatu kesadaran diri terhadap segala kemungkinan godaan, memiliki kepekaan terhadap seluk-beluk godaan, dan memiliki suatu persiapan spiritual yang ditempuh melalui doa.
- Simbol “X” pada abad mula-mula merupakan simbol untuk menunjuk kepada Kristus. Iman kepada Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat mayoritas yang menyembah berhala bukanlah suatu perkara mudah. Ada ancaman hukuman berat bagi mereka yang dengan terang-terangan menjalankan ibadah yang berbeda dengan agama dan sistem peribadatan Roma. Oleh karena itu, ada banyak simbol yang digunakan oleh orang-orang Kristen pada abad-abad pertama untuk mengekspresikan imannya.
- Ada tanda ikan yang di atasnya tertulis ichtus, merupakan akronim dari bahasa Yunani: Iesus Christos uhios Theos Soter, yang artinya Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat. Ada juga simbol “X” yang menunjuk kepada Kristus yang merupakan salah satu huruf dalam bahasa Yunani, yaitu singkatan dari kata xplotovc, (baca: Kristous). Simbol “X” ini sendiri mirip dengan tanda salib yang dimiringkan, yang juga menunjuk kepada Yesus Kristus.
- Yudas Iskariot tercatat dalam keempat Injil sebagai murid Yesus yang mengkhianati-Nya. Banyak orang yang bertanya mengapa Yudas Iskariot sampai mengkhianati Gurunya. Sebenarnya, Yudas Iskariot itu bukanlah orang yang biasa. Ia bukanlah nelayan seperti Petrus dan beberapa murid lainnya. Iskariot adalah nama sebuah kelompok nasionalis orang yahudi yang paling fanatik, yang bermusuhan dengan pemerintah Romawi. Kata “iskariot” itu berasal dari kata sikarios (Lat), yang artinya pisau belati. Jadi, dapat dikatakan bahwa Yudas Iskariot tadinya adalah bagian dari orang-orang yang mengangkat pedang terhadap penguasa Romawi. Dari latar belakang yang demikian, sebenarnya kita dapat mengetahui pandangan ideologi yang dianutnya, yakni bahwa ia memiliki pengharapan mesianis politik. Yudas berharap agar Yesus dapat menjadi mesias secara politik yang mengangkat pedang terhadap pemerintah Romawi.
(disadur seperlunya dari http://paskah.sabda.org/paskah_z)
GBI Pasir Koja 39 Bandung