Merayakan Natal sebagai suatu peristiwa yang mulia, yaitu kelahiran Yesus Kristus, di mana Allah telah menjadi manusia, kadang-kadang kita diperhadapkan dengan tuduhan bahwa merayakan Natal adalah perayaan orang kafir. Apakah hal itu benar dan apakah kita harus meniadakan perayaan Natal dan pohon terang dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hari Natal itu?
Dalam artikel ini, sangat penting buat umat Kristen merajut kembali dan sekaligus merenungkan tentang makna Natal bagi kita di masa kini.
Perayaan Natal yang Sejati
Walaupun Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember dan tanggal itu adalah gabungan berbagai perayaan kafir, seperti “perayaan hari lahirnya dewa matahari, Saturnalia.” Tanggal tersebut dan perayaan Natal bisa saja kita terima sebagai tanggal perayaan Natal di seluruh dunia untuk merayakan kehadiran Sang Juruselamat ke dalam dunia. Pada bulan Desember kita memiliki kesempatan luar biasa menjadi saksi Yesus dan untuk memberitakan firman Injil. Tanggalnya tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah kesempatan dan kebebasan dalam pemberitaan Injil.
Kita melihat dalam pelayanan Rasul Paulus di Athena, ia menggunakan prinsip yang sama. Dalam Kisah Para Rasul 17:23, Paulus berkata kepada masyarakat Yunani, “ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” Paulus menggunakan kata “theos” yang adalah kata untuk “dewa” dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah “theos” (dewa atau ilah) yang benar. Dengan demikian, Paulus membawa bangsa Yunani yang percaya kepada satu Allah, bukan ratusan dewa sehingga mereka menjadi percaya kepada Yesus. Sebagai umat yang telah diselamatkan, patut bagi kita untuk: 1). Menaikan Pujian terindah di hari Natal ini (Luk. 2:8-14). 2). Ingat baik-baik, bahwa Fokus Natal; adalah Yesus Kristus. 3). Kita diingatkan pula untuk berbagi dan peduli kepada sesama kita (Yoh. 1:12-14). 4). Yang sangat fundamental, Yesus Kristus adalah Raja yang datang ke dunia untuk melayani dan bukan untuk dilayani (Mat. 29:28).
Dalam cara yang sama, kita merayakan Natal, bukan sebagai tanggal yang sesungguhnya, tetapi sebagai tanggal perayaan agar dunia terdorong mengenal kasih Allah. Bahwa Sang Juruselamat telah lahir ke dalam dunia yang digelapi oleh dosa, untuk membawa kasih dan terang Allah kepada semua manusia. Yesus adalah hadiah Allah kepada umat manusia. Jadi, marilah kita merayakan Natal dengan sukacita, kasih dan semangat membagikan kasih-Nya kepada semua manusia. Yesus Kristus sebagai sumber dan intisari Syalom (damai sejahtera) merupakan alasan utama, mengapa merayakan Natal tetap relevan bagi umat Kristen pada masa kini.
Oleh: Pdt. Jantje Haans